Know me first.

about me masa lalu

Kenapa aku nggak mau kuliah lagi?

buat orang yang kenal saya, dan bilang “sayang” kalau nggak lanjutin kuliah, mohon baca dulu note saya :). kenapa saya cantumin di SMK juga, karena ada hubungannya ama masa kuliah nanti.

MASA di SMKTlkom
Jadi teringat waktu tamat SMP, pertama kali denger pengumuman kalau aku lulus di sekolah favorit di makasar. yup SMK Telkom. kalau denger namanya aja udah seneng, apalagi kalau lulus beneran. Alhamdulilah, 3 sekolah menengah atas(sederajat) yang aku daftar semuanya lulus, jadi aku ambil yang terbaik aja.
pikiran yang ada di benak saya dulu adalah, kalau bersekolah di SMK telkom ini, aku bisa dengan mudah lulus ke sekolah tinggi di bandung (dulu STTTelkom, sekarang ITTelkom).

pas awal masuk, sekolah di sini sangat menyenangkan. praktek paling tidak 2 kali seminggu. meskipun yang di janjiin 70% praktek, dan 30% teori dan itupun untuk mendukung praktek. tapi kenyataannya masih 50%-50%. aku sih masih memaklumi, karena emang banyak pelajaran dasar dan mungkin karena kita masih kelas satu. pada saat ini aku emang enjoy dengan sekolah, tetap berusaha menjadi yang terbaik (di bidang praktek tentunya) meskipun nilai pelajaran dasar bisa di bilang di bawah rata2. hasilnya bisa aku petik di akhir semester pertama, di kelas aku ranking 2(meskipun masih belum di pisahkan di kelas yang pintar). paling tidak aku ranking 17 untuk seluruh angkatan.
karena berkumpul dengan yang terbaik, saya merasa wajar tersisihkan di kelas yang baru. maklum, lagi-lagi karena mata pelajaran dasar saya kurang baik (saat itu pelajaran yang susah aku cerna adalah bahasa inggris, kimia, sejarah, fisika, bahasa indonesia). jadi di pikiranku, daripada cari pusing mau sempurnain mata pelajaran yang nggak terlalu bisa, aku mending naikin nilai di pelajaran praktek(elektronika, digital, komputer, gambar teknik). yah lumayanlah meskipun ujungnya jadi ranking 33(dari 36 siswa di kelas yang terbaik ini).
saatnya kelas 2. ini adalah neraka bagi saya, masa yang paling sulit. dan bisa aku bilang, sekolah melanggar janji yang pernah di utarakan pada saat saya mau daftar di sekolah tersebut. 70% praktek dan 30% teori. tapi kenyataannya. 95% teori dan 5% praktek, dan itu juga untuk mendukung teori. paling parahnya lagi, praktek yang saya maksud adalah berkunjung ke ruang kerja di perusahaan telekomunikasi dan melihat alat-alat yang ada dalam teori, itu juga nggak boleh di sentuh, apalagi di mainin.
di kelas 2 emang saat yang nggak aku suka. hapalan di setiap pelajaran. pelajaran yang mestinya di mengerti, tapi kenapa di tuntut untuk di hafal? aku nggak bisa berbuat banyak, karena selain masih muda dan cenderung ngikutin arus, saya tetep jalanin. untuk ada mata pelajaran matematika. kalau nggak bisa meledak nih otak. kalau dipikir lagi, saya buat organisasi karate juga karena di kepala udah mumet, jadinya karate bisa dijadiin pelampiasan, paling tidak bisa buat badan lebih sehat.
cara belajar juga aku ubah. dulu yang nyantai di rumah dan kalau ada waktu perbaiki alat elektronik. tapi sekarang, tiap malam harus hafal tiap kata dan kalimat.
efeknya terjadi pada saat semester 3(awal semester kelas 2). nilaiku turun drastis. aku terlempar ke kelas menengah. meskipun kecewa, aku tetep seneng. soalnya banyak cewek cakepnya.. hehehehe..
di kelas 3 untungnya nggak ada pembagian kelas antara yang lebih pintar dan yang di bawah lebih pintar(karena aku yakin, semuanya pintar). jadinya dapet kelas yang random.
pada saat ini, aku merasa kejenuhan untuk bersekolah. karena yang saya dapat di kelas 3 nggak jauh berbeda dengan kelas 2. cuman, prakteknya naik jadi 10%. itu juga udah bisa pegang alat2nya dan beneran bisa di praktekin. tapi sayangnya cuma 1 matapelajaran. akhir semester 5, adalah saat yang lumayan di tunggu, karena kita ada kerja lapangan, alias disuruh untuk terjun ke dunia kerja. kalau saat ini sih enak. 95% praktek. dan 5% teori itu juga untuk mendukung praktek, sekalian untuk panduan laporan. pada saat kelulusan juga, aku dapet ranking yang lumayan di bawah 😀 kalau nggak salah ranking 74 dari 100an(lupa jumlah pastinya).

MASA di STTTelkom
sebulan nganngur setelah ujian masih perguruan tinggi, aku mendapat kabar kalau saya lulus di perguruan tinggi yang sejak kelas 3 SMP aku cita-citain untuk kuliah di sana. akhirnya saya bisa ke bandung untuk belajar.
saya nggak terlalu mengharap banyak untuk praktek 70%. karena udah kecewa ama yang di SMK makanya nggak ngarep, biar nggak terlalu kecewa juga.
untuk setahun pertama, nggak ada gelombang samasekali. namanya juga pelajaran dasar. IPK juga standartlah. lumayan di atas rata2. kalau nggak salah IPK 2.5 (itu udah lumayan di sana, karena rata2 teman ada yang ampe 2,1). dorongan untuk praktek nggak pernah padam. aku mencoba untuk jadi asisten di sebuah laboratorium. siapa yang nggak mau coba, fasilitas yang super lengkap dan tanpa ada batas waktu untuk praktek.
aku daftar di 2 laboratorium, tapi karena kesalahan kecil. gara-gara telat datang ke wawancara, saya nggak di terima. jadinya aku keterima di sebuah laboratorium yang nggak terlalu terkenal. yaitu di lab kontrol dan catu daya. di sana aku bisa bebas untuk bereksperiman. sekalian nerima project dari orang bali (meskipun projectnya gagal).
selain itu, aku juga mengaktifkan diri di sebuah organisasi mahasiswa. meskipun belum bisa maksimal. tapi hasil yang saya dapat di sana udah maksimal.
gejolak mulai muncul di hati setelah semester 5. kata “orang-orang” lulus di STTTelkom ini, bisa langsung keterima kerja. dalam hati kecil aku berkata. kita kuliah selama 4 tahun dengan bayaran 2,5jt persemester hanya untuk kerja di perusahaan orang? kenapa aku nggak pernah dengar ada lulusan mahasiswa STTTelkom yang berhasil mematenkan hasil karyanya dan berguna untuk pengembangan komunikasi? tapi yang saya dengar ternyata, hanya lulusan yang telah “sukses” menjadi pegawai di perusahaan besar dan bergaji tinggi.
hanya seginikah cita-cita dan tujuan di sekolah ini? karena perasaan ini, saya menjadi bandel. nggak pernah kuliah. kerjanya main dan nggak menghiraukan kuliah samasekali.
pernah suatu ketika kepikiran pada saat bawa motor bareng mantan pacar. aku bertanya, perusahaan mana sih yang mau ngasih gaji 50juta sebulan pada saat masih muda, soalnya pada saat itu, aku pengen banget beli motor super (yamaha MT01). kontan, mantan pacar langsung bilang. “usaha aja, mana ada perusahaan mau ngasih segitu. paling juga kalau dah tua. itu juga uang pensiun”. bener juga kataku. soalnya kalau dah pensiun, apa enaknya naik motor gede? adanya malah kesusahan karena nggak bisa bawanya.
pada saat bandel-bandelnya, aku tiba-tiba mendapat pencerahan dalam satu malam. pada saat main game dengan seru-serunya. petir tiba-tiba menyambar ke deket kosan. komputer mati total. saat itu saya seperti baru terbangun. apa yang saya lakukan sekarang? kalau begini terus, aku nggak ada masa depan. masa depan mungkin seperti yang lain. hanya duduk menunggu gaji tiap bulan. akhirnya saya berusaha untuk membuka usaha. meskipun bidangnya bukan yang saya geluti. awal buka usaha ini tidak terlalu bagus hasilnya. tapi aku pikir masih mendinglah, daripada nggak ada samasekali.
setahun menjalani usaha, akhirnya ada juga hasil yang di dapat. koneksi makin luas, pengetahuan bertambah dan makin luwes. oh iya, kuliah bener-bener aku terlantarkan!
saat itu udah nggak ada pikiran untuk lanjutin kuliah, paling nanti aku ke kampus untuk ngambil surat DO abis itu ke tempat kuliah lain buat ngambil titlenya doang.
Alhamdulilah saya sekarang udah punya tempat usaha, meskipun bisa dibilang jauh dari yang namanya sukses. tapi sekarang saya udah puas dengan aku jalani sekarang. nggak ada rasa menyesal di hati meskipun mengecewakan orang tua karena nggak lulus.
aku mau buktiin, meskipun nggak lulus kuliah, saya juga masih bisa hidup dan ditambah bisa melakukan hal yang aku sukain.
jadi apakah bisa dibilang “sayang” kalau aku nggak lanjutin kuliah?
saya justru bilang “sayang” kepada mahasiswa yang bayar mahal-mahal untuk kuliah dan setelah lulus kuliah jadi suruhan orang.

pernahkah kalian menemukan mahasiswa yang ber-IPK tinggi, tapi di tanya tentang yang di gelutinya dan nggak bisa jawab? aku rasa banyak.
sering juga di perusahaan besar ngasih training lagi sebelum bekerja di perusahaannya. jadi apa gunanya kuiah selama 4 tahun dong kalau gitu. mending sebelum masih SMA, langsung aja ikut training! biar bisa langsung kerja. title untuk apa? biar bisa di “pandang” orang? aku rasa nggak, bisa di “pandang” orang karena sikapnya, bukan karena titlenya.
Saya bersyukur atas apa yang saya alami sekarang. saya bekerja dengan senang hati, tidak ada tekanan. meskipun nggak ada libur, saya bisa bekerja dengan semangat. karena saya melakukan apa yang saya suka.

ps: saya ucapin banyak terimakasih kepada istri saya, yang senantiasa mendampingi meskipun keadaan saya bandel dan susah. 🙂